Rabu, 06 Februari 2013

Manusyia Mriga Satwa Sewaka

Viva Veteriner!
ya, saya memang sudah resmi menjadi calon dokter hewan sejak juni 2011, namun masih teringat jelas saat saat pertama saya mendengarkan kalimat penyemangat tersebut. Memang di Indonesia tercinta ini dunia veteriner masih sangat dianggap sebelah, atau mungkin "belakang" mata, banyak yang meragukan posisi yang sesungguhnya sangat strategis pada negara negara lain. Persoalan yang muncul pun dipicu bukan hanya karena sudut pandang rakyat negri ni yang belum seluruhnya up to date, sumber problematika ini justru berakar pada satu hal yang ironis: birokrasi. Bagaimana bisa negara dengan keanekaragaman hayati khususnya fauna yang sangat tinggi tersebar di 13.466 pulau sepanjang sabang-merauke dan terpisah dalam dua garis khayal yang diciptakan, garis Wallace oleh seorang ahli ilmu alam Inggris Alfred Russel Wallace dan garis Weber oleh peneliti berkebangsaan Jerman bernama Weber, serta negara dengan kekayaan biota laut dan terumbu karang terbesar di dunia ini justru tidak mempunyai wadah birokrasi yang independen dan strategis untuk para dokter hewannya. Padahal jelas, seorang dokter hewan mempunyai peran yang sangat penting dalam misi pelestarian fauna suatu negara - sekaligus menjadi garda terdepan dalam mencegah adanya bio-terrorism dari negara asing.

Seperti halnya flu burung, flu babi dan flu itik (H5N1 clade 2.3.2), mad cow (sapi gila), rabies dll sudah tentu merupakan yuridiksi khusus bagi para dvm (doctor of veterinary medicine = dokter hewan) untuk meneliti dan mempengaruhi suatu keputusan agar kedepannya tidak akan muncul masalah yang sama, namun sebaliknya di Indonesia ini, posisi yang harusnya ditempati dvm justru diduduki oleh lulusan Peternakan yang sejatinya hanya memandang hewan dari segi bisnis bukan untuk pelestarian apa lagi keamanan negara. Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap rekan dari jurusan peternakan tentunya, namun kita memang harus realistis dan bijak akan perbedaan ruang lingkup dan "daya sentuh" bagi dua profesi yang sama sama menggeluti fauna tersebut. Lalu dari semua problematika ini, apakah tidak ada yang berjuang? tentu ada!
salah satunya berasal dari PB PDHI Ibu drh Wiwiek Bagja dan para legislator legislator lainnya yang terus berjuang tanpa lelah demi "normal"nya posisi dvm di negara ini

Kemudian apa tugas kita sebagai generasi penerus beliau? Pahami problematika di negara ini, kritis dalam menanggapi suatu masalah (sewajarnya mahasiswa) dan jangan lelah untuk berjuang, sambil berdoa dan berpegang teguh dari semboyan mulya kita "Manusya Mriga Satwa Sewaka" yang berarti "Kesejahteraan Manusia Melalui Kesehatan Hewan"

VIVA VETERINER!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar